Sebagian teman-teman gue memandang gue sebagai orang yang
memiliki hobi yang membosankan. Yap,
jalan-jalan sendiri, pergi ke caffe sendiri, dan every single things yang berbau-bau kesendirian. Gue bukan
penderita schizoid pun avidant personality disorder atau salah
satu member dari kaum anti-sosial, bukan. Gue tetaplah kaum proletar yang
terkadang memang menghadiahkan ruang bagi partikel terkecil didalam hati gue dengan gue sendiri. Tapi harus gue
klarifikasi pun ketika gue suka duduk di coffeshop sendiri memandangi jalanan,
sibuk dengan gawai, laptop, bahkan membaca buku juga membaca manusia dari cara
mereka saling berinteraksi, saling tertawa bahkan saling bertatap bagi gue itu
menyenangkan tapi you need to know that
sometimes I need someone to talk with. The conclusion is I love to be in a
company but at the same time I need my own space. Awalnya, seperti manusia
pada umumnya gue juga menikmati saat-saat gue harus nongkrong bareng mereka,
tertawa bareng mereka, berdiskusi bareng mereka, yap semua itu gue harus akui
bahwa gue menikmati saat-saat itu juga. Perlahan gue pernah ngerasa segala
sesuatunya mendadak hambar, lo pernah nggak? Saat lo bareng temen-temen lo, lo
ketawa tapi lo nggak ngerti alasan kenapa lo ketawa, ya lo mendadak ngerasa aneh
karena terlalu sering menertawakan hal-hal absurb
yang terjadi disekitar lo tapi lo nggak pernah menertawakan diri lo sendiri
yang sebenarnya juga absurb.
STIGMA!!! Gue yakin gue nggak sendiri, ada milyaran orang
didunia ini yang juga memiliki kesamaan dengan gue, menikmati kesendiriannya.
Mungkin sebagian besar dari kita dibesarkan dengan sebuah stigma bahwa ketika
lo memiliki banyak teman lo bakal dicap orang yang hebat, stigma itu sering
kali menggiring kita pada sebuah perspektif bahwa kita adalah orang-orang yang
tidak akan pernah bisa menjadi pribadi non-autarki.
Alone will always equal lonely, I hate that words. Kenapa sendiri selalu
diberi label sebagai orang yang cupu, nggak punya teman, kuper, dan kesepian.
Sejatinya jika mau ditelusuri lebih dalam bahwa kesendirian dan kesepian itu
berbeda, tak perlu jauh mendengar pendapat Aristoteles atau Adent cukup membuka
KBBI saja dua kata ini sudah jelas memiliki pemaknaan yang berbeda. Namun,
mengubah persepktif orang memang membutuhkan waktu, sering kali gue merasa
terdiskreditasi dengan pandangan mata orang lain saat gue duduk sendiri di
caffe. Beberapa teman gue pun melabeli gue sebagai seorang penggalau level maha
dahsyat dan menyendiri adalah suatu bentuk reaksi pelampiasan dari patah hati
yang nggak terobati. Meskipun gue dan lo juga pasti pernah memiliki kisah hidup
atau cinta yang memang selalu menyajikan rasa sakit kalau dibuka kembali but that wasn’t the reason why I am doing
something alone. Gini, belakangan ini gue mulai sadar bahwa sendiri itu
ngebuat gue bisa melihat dengan lebih detail hal-hal yang nggak pernah bisa gue
lihat saat gue bareng temen-temen. Gue jadi sering mengamati lalu lalang
manusia pagi hari, segarnya buah mangga yang sedang ranum-ranumnya tumbuh
dipohon, embun pagi yang biasanya gue lewatkan begitu saja. Terkadang juga
rutinitas membuat gue bernafas hanya sekedar saja tapi tidak benar-benar
menikmati tiap inchi oksigen yang gue hirup. Awal gue realize saat sendiri itu nikmat adalah ketika gue ngopi pagi hari
di Bromo kala itu, entah gue jadi benar-benar menikmati tiap sesapan pada
secangkir kopi yang gue minum, gue benar-benar bisa mencecap tiap-tiap rasa
pahit,asam, manis didalam kopi itu and
that was amazing.
Sebenarnya tulisan ini nggak ada ujungnya sih, cuma ingin
ngasih tahu aja kalau sendiri itu bukan berarti sepi. Kita punya cara kita
masing-masing untuk bahagia, dan kita yang lebih tahu tentang itu. Gue juga
nggak bakal ngelabelin orang-orang yang nggak suka menyendiri sebagai
orang-orang yang nggak bahagia pun sebaliknya karena balik lagi kita adalah
yang paling tahu apa yang paling bisa ngebuat kita bahagia. Bukan berarti pula
orang-orang yang suka menyendiri nggak butuh orang lain, tetap sebagai manusia
gue butuh itu. Diakhir tulisan ini gue cuma mau bilang kalau menyendiri bukan
berarti kesepian, menyendiri tidak selalu tentang menghindar, menyendiri adalah
wujud usaha membuka pintu sebuah ruangan yang sudah lama terkunci, menyendiri
adalah tentang kontemplasi dan meditasi. Menyendiri itu nggak cupu, menyendiri
bukan berarti anti-sosial jadi kali lain, kalau lo ngeliat orang lagi sendirian
di caffe atau dimanapun itu appreciate
them don’t judge them. Kalau lu mau ngajak ngobrol ajak saja, kalau dia terlihat
tidak begitu tertarik biarkan saja dia dengan ruangnya sendiri.
Kemudian mari menganggap menyendiri sebagai suatu hal yang
normal!
Bon Voyage, selamat malam.
Salam dari dinginya Kota Malang
31 Januari 2020
Comments
Post a Comment