Skip to main content

NOSTALGIA (Sebuah Proses Belajar Bahasa Inggris)

Saat gue menulis ini gue masih tercatat sebagai pejuang Bahasa Inggris yang masih mencoba berkawan baik dengan segala bentuk aturan tatanan bahasa yang sering kali membuat gue jarang bisa tertidur pulas. Semalam gue mengalami kejadian yang nggak terduga, entah bagaimana ceritanya pukul tiga dini hari mendadak perut gue sembelit, gue berada di posisi antara terbangun dan masih tertidur, otak gue belum dapat bekerja maksimal, mendadak gue ngebuat kalimat dengan konsep dua kejadian dan conditional sentence mengaitkan dua hal yang terjadi dan gue rasakan sampai akhirnya gue terbangun dan berjalan menuju toilet. Pagi, setelah kejadian itu saat baru saja gue “benar-benar bangun”gue tertawa sendiri teringat kekonyolan beberapa jam lalu, bisa-bisanya gue masih mikir Bahasa Inggris dalam kondisi setengah sadar dan hebatnya itu muncul aja gitu dengan tiba-tiba tanpa gue minta. Entahlah itu sebagai tanda gue mulai mencintai segala bentuk grammar atau memang kondisinya mendekati ujian sehingga Bahasa Inggris benar-benar menjajah pikiran gue. Sebegitunya, mungkin terdengar berlebihan tapi ini benar-benar terjadi.



Chat tahun 2012 sama random people,
"YOU LIVE WHERE"  bikin gue ngakak

Baik, mari lupakan kejadian aneh semalam. Gue cukup bangga dengan hasil yang sudah gue dapatkan dari proses yang tidak sebentar. Gue paham bahwa level Bahasa Inggris gue sebenarnya belum sampai level jago atau ngomong nggak pake mikir. Bahasa Inggris gue masih jauh dari kata sempurna, namun harus gue akui jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu Bahasa Inggris gue membaik meskipun gue masih kesusahan untuk dapat menulis pun berbicara Bahasa Inggris yang benar sesuai dengan kaidah Kebahasainggrisan a.k.a Grammar. Gue masih bingung sama “Have/has” yang mengandung banyak arti, gue masih nggak paham cara memunculkan “auxiliary verb” dalam kalimat yang benar, pun gue bisa mendadak ambyar jika bertemu keluarga “Be” atau ia yang terkadang berevolusi menjadi “Been” dan aneka bentukannya. Ah, Grammar memang memuakan tapi aku sedang dalam proses menyayanginya, sabar.

Gue masih ingat kejadian saat dulu menjadi host salah satu traveler yang mengunjungi Samarinda. Can Aydemir, Turkish Traveler. Mizu dan kekasihnya yang gue lupa berasal dari negara mana hahaha. Bahasa Inggris gue dulu itu super duper belepotan bahkan hanya sekedar ingin menanyakan “Are you hungry?” saja gue harus campur dengan bahasa kalbu dan isyarat dengan “you, you, stomach want eat?” wkwkwk. Can you imagine that? How broke my English was! Sejak saat itu gue menanamkan satu hal dalam diri gue, gue bilang dalam hati kalau ini adalah masalah yang sifatnya temporer, nggak permanen. Gue bisa memperbaikinya, pasti. Dari sanalah perjalanan gue belajar Berbahasa Inggris “benar-benar” dimulai.

Can, teman pertama Berbahasa Inggris.
Waktu Bahasa Inggris gue belepotan.

Sebagai seorang cucu adam yang lahir diperkampungan yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani, Bahasa Inggris bukanlah hal yang dianggap lumrah untuk dipelajari. Mungkin akan berbeda ceritanya kalau gue lahir disebuah kota yang menjadikan industri atau pariwisata sebagai sumber pemasukan utamanya, Bahasa Inggris akan menjadi primadona dimana ia dapat memberikan peluang kesejahteraan yang lebih baik dimasa depan. Itu berarti gue tidaklah lahir dengan privilege dimana gue mendadak bisa ngomong keminggris secara otomatis tanpa perlu belajar.

Pertama kali mengenal Bahasa Inggris adalah sejak kelas empat sekolah dasar, Bu Emi adalah guru pertama gue yang mengenalkan Bahasa Inggris dengan lagu yang sampai saat ini terekam baik dikepala gue. Sejak saat itu gue jatuh cinta dengan Bahasa Inggris karena hobby gue juga nyanyi sih. Dikampung gue waktu itu ada Mahasiswa yang membuka les gratis, salah satunya adalah kelas Bahasa Inggris, Kakak-kakak Mahasiswa itu mengajari gue beberapa kosa kata Bahasa Inggris dengan menggunakan kartu yang berilustrasikan gambar-gambar dan disana gue dapat kosa kata pertama gue, bukit bahasa inggrisnya hill. Itu teringat sampai sekarang.

Kak Adit, yang pernah nganggap gue gila
karena ngomong gue sendiri dalam kamar.
Ini waktu nganter dia di Bandara Kalimarau - Berau.

Waktu berlalu, Bahasa Inggris nggak lagi bermanifestasi sebagai lagu-lagu atau aneka permainan yang menyenangkan, ia menjelma kedalam berbagai aturan. Verb yang bisa berubah menyesuaikan waktu terjadinya peristiwa, auxiliary verb yang harus dimunculkan kalau bertemu kalimat nominal, dan segala bentuk aturan yang akhirnya menghancurkan kecintaan gue terhadap Bahasa Inggris. Gue masih ingat saat berada di bangku sekolah menengah pertama, Guru Bahasa Inggris gue mengajari gue tentang tenses. Saat beliau menjelaskan Past Tense dengan kalimat ”masa lampau” yang terus membersamainya, pikiran gue nggak tertuju pada perubahan verb yang terjadi, ia justru menggiring gue pada masa-masa dimana dinosaurus masih ada hahaha. Sumpah! Imajinasi gue saat itu benar-benar liar.

Kamus elektronik. Zaman gue sekolah, internet masih belum setenar saat ini, kalau mau belajar bahasa inggris masih harus menggunakan kamus manual yang judulnya “Kamus 1 Milyar” hahaha. Saat itu kakak gue udah punya kamus bahasa inggris elektronik yang mirip kalkulator yang kalau mau mencari arti kata nggak perlu buka kamus 1 milyar, hanya cukup mengetiknya saja dan otomatis munculah arti dari kata yang diketik. Pernah suatu hari temen gue sedang PDKT dengan seorang wanita yang bersekolah di sekolah favorit, supaya lebih keren dia meminta gue untuk membuat kalimat romantis Berbahasa Inggris. Berbekal kamus elektronik milik kakak gue, terangkailah sebuah kalimat yang sampai saat ini gue masih ingat “your is special people in my eyes” mendadak gue merasa keren demikian dengan teman gue. Beberapa saat setelah sms itu terkirim tak disangka ternyata kalimat romantis itu dikoreksi harusnya “you are special people in my eyes” damn! Keren yang gue rasakan akhirnya berubah menjadi hal yang memalukan. Beberapa tahun berlalu saat gue mulai belajar Bahasa Inggris sedikit lebih serius, gue ngerti kenapa setelah “you” harus “are” ini berkaitan dengan Subject Verb Agreement dan harusnya lagi kalimat yang benar adalah “you are special person in my eyes” bukan “People” karena “People” adalah bentuk jamak dan “Person” adalah bentuk tunggal. Wkwkwkwk, Damn! Lagi.

Aloevera Familia, setelah Bahasa Inggris gue membaik
Gue bisa se-deep itu sama mereka. Nanti cerita khusus tentang mereka ya.

Duh, ini kepanjangan nggak sih? Wkwkwk. Kalau diingat-ingat ada banyak banget kekonyolan yang gue lakuin perkara Bahasa Inggris, dari nge-record diri gue sendiri didepan laptop sambil ngejelasin sesuatu pakai Bahasa Inggris, curhat dimotor sendirian pake Bahasa Inggris, sampai pidato Bahasa Inggris didepan cermin kosan yang gede sampai tetangga kos gue, kak adit namanya, sempat ngelabeli gue sebagai orang gila karena ngomong sendiri hahaha. Berburu bule buat praktik, ngerasa stress karena speaking ability gue yang ningkat-ningkat, gabung grup facebook dan chating-an sama random people dengan Bahasa Inggris yang berantakan. Pernah ngerasa gila waktu semeja dengan Bule-Bule dan gue ngerasa seperti alien yang nyelip diantara percakapan mereka. Sampai akhirnya gue tercebur dengan lingkar pertemanan internasional, berkawan baik dengan banyak manusia yang bukan hanya berasal dari Indonesia, dan ya at the end of those experiences I had been learned a lot of things yang ngasih kepercayaan diri untuk berani bicara. Cerita belajar Bahasa Inggris ini belum selesai yak, gue coba ngumpulin berbagai kekonyolan-kekonyolan yang pernah gue lakuin, gue akan coba cari chat masa lalu gue dan publish di blog gue ini dan gue nggak ngerti sampai mana cerita ini akan berakhir. Nanti kalau senggang, gue akan cerita bagian-bagian kehilangan semangat belajar, nyasar di Pare, ujian-ujian yang melelahkan, ngerasa stress saat mulai belajar grammar dan kemampuan speaking gue menurun, sampai nikmat-nikmat yang gue dapatkan dari belajar Bahasa Inggris ini beserta nilai-nilai hidup yang gue temukan dibaliknya.

Sekarang gue sedang dalam proses memperbaiki writing skill gue. Gue lagi berhenti buat improve speaking gue. Do’akan semoga gue nggak kehilangan semangat sampai nanti gue bisa tembus ke kelas Syntax.  Soon, kalau gue ngerasa udah percaya diri buat nulis cerita pakai Bahasa Inggris, I will try it. Untuk kalian yang mungkin kebetulan nyasar kesini dan sedang berada pada titik yang sama, gue nggak bisa ngomong banyak selain semangat dan Hidup Long Life Learners!

Kedai Fortune,

26/12-2020

Matahari baru saja terbenam.

Comments

  1. Kak alfa terus berbagi aku suka cerita Dan pengalaman anda kak, makasih ka telah membagi pengalaman kakak dan sangat menginspirasi saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Wisnu! Wkwkwk baru buka Blog ih, senang pernah bertetangga denganmu wkwkwk. Sama-sama ya Nu, hayuk kita ulangi lagi kelaperan tengah malem jalan kaki keujung Brawijaya hahaha 😂

      Delete
  2. Hahaha bro Alfa Thomas Edinson, ga hanya ketemu langsung, melalui tulisan aja selalu menarik. Terbaiqqqqqq. Teruslah menulis bro Alfa, keren~

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

In Order to Fall in Love with Myself – Again

Being single for quite a long time has opened a new chapter of my life, the loss of confidence in rebuilding a relationship. Love once felt so simple, coming naturally, without much drama. Now, my life is filled with heavier things. Aging, a world that keeps moving faster, post college debts waiting to be paid, and work that seems endless have taught me to manage myself more wisely. Youngerself Yap, Life hasn’t been quiet. As I get older, I feel like the world is getting louder and busier, while I’m trying to keep up. Somewhere along the way, the idea of falling in love started to feel less important, maybe even impossible, hahaha. Alfa, when will you take the next step? ” - It means finding love again. But am I ready? He was so confident with his imperfection I paused when I heard that question. I stood in front of the mirror, staring at myself, trying to find answers. But instead of clarity, I felt something else, fear. Not fear of being alone, but fear of opening myself up a...

Entah

  Cara terbaik untuk bersembunyi dari kekecewaan adalah dengan terus menjadi sibuk. Pulang adalah tentang kesiapan, kesiapan untuk menerima bahwa aku tidaklah lahir dari keluarga yang baik-baik saja. Kesiapan untuk menerima kenyataan bahwa aku hanyalah si miskin yang lemah yang terus mencoba menolong si miskin lainnya padahal kalau ada seseorang yang harusnya mendapat pertolongan, ialah aku yang harusnya berada digarda terdepan. Pak, Bu, Mbah, maafkan aku yang masih terlalu angkuh menolak darimana sebenarnya asal-usulku. Aku ini petualang, yang ingin berpetualang melihat dunia luar. Ingin terus mengenyam pendidikan tapi keternyataan bahwa aku juga orang yang engkau butuhkan selalu berhasil membuatku ingin kembali kembali ke diri ini yang kumal hidup diantara tikus-tikus yang berkeliaran. Hari ini adalah hari yang terlampau pilu, dipukul realita bahwa aku masihlah manusia bisu dihadapanmu semua menjadi kaku berbeda ketika aku berdiri dihadapan banyak orang. Didepan murid-muridku...

25 LITER

Bagi saya mengajar adalah perihal yang tidak hanya sebatas berdiri didepan kelas, menjelaskan, kemudian selesai. Mengajar adalah perihal yang lebih daripada itu, tak hanya melibatkan kepala namun sejatinya mengajar melibatkan pula hati didalamnya. Pengajar yang belum bisa mengajar itu salah tapi yang lebih salah lagi adalah sistem yang membiarkan pengajar yang tidak bisa mengajar itu mengajar. “Tapi bukankah bisa learning by doing ?” “Dulu Bro Alfa juga awal-awal ngajar   juga pasti nggak kompeten, kan?” “There’s no one who deserves at first, Bro” Semenjak menjadi kepala divisi kelas ada satu hal yang akhirnya terjawab atas pertanyaan-pertanyaan diatas. Jauh sebelum saya memutuskan untuk mengajar tentu titik awal saya adalah belajar, kemudian saya mengambil kesempatan-kesempatan untuk mengajar dengan menjadi sukarelawan pada beberapa kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan dunia pengajaran selain itu membangun relasi dengan orang-orang yang berprofesi sebagai pengajar ada...