Halo Blogspot! Entah mengapa, setiap kali membuka laman ini, aku selalu merasa seperti pulang ke ruang paling jujur dalam kepalaku. Di sini, tidak ada keharusan untuk memilih diksi yang mengilap, tidak ada tuntutan gaya bahasa yang mencolok, dan tidak ada suara-suara yang meminta agar semuanya terdengar sempurna. Blog ini seperti tempat duduk tua yang nyaman di sudut kafe yang lusuh, tapi selalu bisa menjadi tempat kembali. Dan hari ini, aku ingin bercerita. Tentang sebuah keputusan besar, Resign. Iya, aku akhirnya resign. Sebuah keputusan yang tidak muncul dalam semalam, tidak juga karena amarah atau kekecewaan sesaat. Justru sebaliknya, keputusan ini datang setelah waktu yang panjang, saat aku mulai merasa bahwa pertumbuhan bukan lagi tentang apa yang bisa kudapat, tapi tentang apa yang bisa kuselami. Di usia yang kalau dipikir-pikir sudah cukup untuk menyadari bahwa kenyamanan bisa menjadi jebakan yang halus, aku mulai mempertanyakan ulang tentang untuk apa semua ini? Bukan karena p...
Memimpin acara perpisahan dengan Siswa dan Masyarakat Desa Sekardadi dalam Kakak Asuh 2018 Bali, dengan segala pesonanya, bukan hanya menawarkan keindahan yang memanjakan mata, tetapi juga menghadirkan ruang bagi jiwa untuk bertumbuh. Di antara aroma dupa yang menyatu dengan udara pagi, suara gamelan yang mengalun dari pura-pura kecil di sudut jalan, dan senyum tulus yang tak pernah absen dari wajah penduduknya, aku menemukan pelajaran yang lebih dalam dari sekadar lanskap eksotis atau ritual sakral. Aku datang ke Bali dengan membawa pemahaman yang sudah tertata rapi tentang dunia, tentang agama, perbedaan, dan keyakinan. Tapi ternyata, pulau ini memiliki caranya sendiri untuk mengajarkan sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Salah satu pengalaman yang paling membekas dalam ingatanku terjadi saat bulan Ramadhan, ketika aku bergabung dalam kegiatan Kakak Asuh , sebuah program sosial yang bertujuan memberikan pelatihan bagi anak-anak sekolah di pedesaan Bali. Kegiatan...