Skip to main content

BICARA PATAH HATI


Manifestasi dari emosi akibat kehilangan sesuatu yang seringkali kita sebut sebagai cinta adalah patah hati. Move on memang tidak pernah menjadi segampang menjalankan petuah-petuah dari Mario Teguh, setiap dari kita setidaknya pasti pernah merasakan rasanya patah hati entah pada pemaknaan yang personal maupun universal. Menjadi single a.k.a Jomlo dalam waktu yang tidak sebentar itu bukanlah sesuatu yang mudah. Siapa yang tidak ingin memiliki pasangan yang dapat diajak berbagi dalam keadaan apapun? Siapa yang tidak iri melihat pasangan romantis yang dapat traveling bersama? Bergandengan tangan? Berbagi kelakar? Seolah-olah dunia milik mereka berdua. Saya rasa semua manusia menginginkannya. Lalu bagaimana dengan saya? Yap, tepat sekali pertanyaan seperti itu kerap datang memenuhi isi kepala tiba-tiba sebab teman-teman yang begitu menyayangi saya selalu menanyakannya. Mungkin bagi mereka yang mengenal saya secara personal dan mengerti drama percintaan saya akan berfikir bahwa saya sudah terlalu kenyang dengan yang namanya patah hati, sampai mereka rela membuat sebuah forum diskusi khusus untuk mencarikan saya kekasih hahaha. That was weird but thanks  how funny you are guys hahaha

Rasanya sudah bertahun-tahun saya mencoba untuk jatuh cinta, tapi tetap saja susah. Entah memang karena tidak ada niat atau hanya saja enggan untuk memulai. Sampai candaan dari teman-teman pun mulai bermunculan dari “mana pacarmu”, “berapa lama single”, bahkan paling mengejutkan “kapan kawin” dan saya pun hanya membalasnya dengan kalimat tak berbobot yang tidak bisa memuaskan mereka. Saking getolnya teman saya melihat saya tidak ada semangat memburu jodoh, dia berusaha mengenalkan saya pada seorang wanita meski saya menolaknya, dia tetap meminta saya untuk mencobanya

“Sudahlah Al, coba dulu yang penting dicoba”

Saya pun mengiyakan meskipun hanya sebatas menghargai usaha teman saya, sekalian lah nggak ada salahnya kan mencoba, kalau suka ya apa mau dikata? Sikat !!!   
Pertemuan itu pun tiba setelah sebelumnya hanya sebatas via chat saja, disebuah café pinggiran kota. Entah kenapa rasa canggung yang saya rasakan ini berbeda, berbeda dengan saat kali pertama saya jatuh cinta dulu. Pertemuan pun berjalan biasa-biasa saja, ngobrol dan bertukar cerita. Tidak ada getaran-getaran yang biasa para pejatuh cinta rasakan, perasaan hambar yang mengalir begitu saja dan berakhir begitu saja dan setelahnya pun hubungan kami berakhir dengan biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Teman saya pun kecewa, sampai menjustifikasi saya, bahwa saya adalah seseorang yang patah hati level atas yang sedang berada dalam masa penggalauan maha dahsyat tapi pada kenyataannya tidak, saya sedang tidak patah hati atau susah move on dari cinta di masa yang lalu.  Memang setiap kisah cinta dimasa lalu itu punya sisi pahit yang sukar untuk dijelaskan, selalu ada bilur masa lalu yang nggak gampang disembuhkan, sampai pada akhirnya membuat saya enggan untuk memulai kembali, tapi bukan berarti saya patah hati. Entah karena ketidaksiapan saya untuk menerima rasa pahit itu lagi atau karena memang ada hal-hal lain yang saya pikir jauh lebih penting daripada hanya memikirkan tentang cinta itu sendiri. Tapi yang jelas saya tegaskan saya tidak sedang patah hati, mungkin saya hanya sedang kehilangan gairah untuk menerima cinta yang tidak datang dari cinta itu sendiri, bisa dibilang menutup hati dari cinta yang tidak teruji alias cinta yang saya yakini kedepan akan lebih banyak menyajikan rasa pahit ketimbang rasa manisnya.   

Patah hati itu nggak enak loh? Nggak bisa dipungkiri saya juga pernah menjadi sangat berantakan gara-gara patah hati, nilai akademik menurun derastis juga gara-gara patah hati, bahkan lari untuk pertama kalinya dengan jarak yang cukup jauh gara-gara patah hati. Saya pernah membiarkan hati saya patah, berdarah, terluka, dan menganga lalu membiarkannya saja seiring berjalannya waktu ia pasti sembuh meski harus membekas. Hmm, emang sih Mending sakit badan daripada sakit hati, sakit badan-tidur-sembuh,  sakit hati?

Saya dan banyak teman-teman yang memutuskan single dalam waktu yang lama bukan berarti kami sedang patah hati. Kami hanya menutup hati tapi bukan karena patah hati atau dalam masa penggalauan maha dahsyat karena masa lalu. Hanya saja kami (saya) menunggu hati yang sudah teruji, yang memiliki kualitas yang kelak mampu membuka hati ini *tsah.  Saya menulis ini bukan juga berarti saya sakit hati ketika teman-teman saya bercanda masalah hati, tentu tidak. Saya tidak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yang serius  karena bagi saya yang paling tahu soal hati ya hati saya sendiri. At the end of this random thoughts saya hanya ingin menyemangati orang-orang yang pernah patah hati yang mungkin sampai hari ini masih berjuang untuk menyembuhkan lukanya atau bagi yang sedang hilang rasa tapi dianggap patah hati well I know what you feels selamat berjuang untuk sesuatu yang lebih memiliki value daripada serentetan drama percintaan, namun bukan berarti pasangan tidak penting. Saya tahu orang-orang seperti kita itu butuh pasangan tapi cinta memang terkadang tidak pernah bisa dipaksakan sebab dan kita tidak pernah bisa memilih kepada siapa hati ini kelak akan ditambatkan.

Terakhir,

Pertemuan antara dua kepribadian adalah seperti berkontaknya dua zat kimia. Jika terdapat suatu reaksi, maka keduanya akan bertransformasi” C.G. Jung

Selamat menunggu pertemuan itu terjadi ....




Comments

  1. Kadang bukannya susah move on ya tapi sulit untuk membuka hati lagi karna udah tau endingnya seperti apa :( hehe
    Patah hati boleh tapi jangan berlarut larut karna disini masih banyak yang menunggu...
    (karyamu) :)

    Semangat nulis kak:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buka hati aja dulu, nanti pasti endingnya indah :)

      Delete
  2. Kehilangan emang sering kali ngebuat kita patah hati, patah hati yg terlalu sering bisa ngebuat kita hilang rasa. Bukan berarti ngga mau jalin hubungan lagi cuma yah seneng dengar cerita ini. Ditunggu versi jatuh cintanya wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seenggaknya patah hati ngasih kita pembelajaran yang luar biasa. Dari patah hati kita boleh belajar ini bukan tentang hilang rasa tapi tentang kesiapan bukan kesepian semata, ini komenmu kok dalem banget Sikh hahaha

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

In Order to Fall in Love with Myself – Again

Being single for quite a long time has opened a new chapter of my life, the loss of confidence in rebuilding a relationship. Love once felt so simple, coming naturally, without much drama. Now, my life is filled with heavier things. Aging, a world that keeps moving faster, post college debts waiting to be paid, and work that seems endless have taught me to manage myself more wisely. Youngerself Yap, Life hasn’t been quiet. As I get older, I feel like the world is getting louder and busier, while I’m trying to keep up. Somewhere along the way, the idea of falling in love started to feel less important, maybe even impossible, hahaha. Alfa, when will you take the next step? ” - It means finding love again. But am I ready? He was so confident with his imperfection I paused when I heard that question. I stood in front of the mirror, staring at myself, trying to find answers. But instead of clarity, I felt something else, fear. Not fear of being alone, but fear of opening myself up a...

Entah

  Cara terbaik untuk bersembunyi dari kekecewaan adalah dengan terus menjadi sibuk. Pulang adalah tentang kesiapan, kesiapan untuk menerima bahwa aku tidaklah lahir dari keluarga yang baik-baik saja. Kesiapan untuk menerima kenyataan bahwa aku hanyalah si miskin yang lemah yang terus mencoba menolong si miskin lainnya padahal kalau ada seseorang yang harusnya mendapat pertolongan, ialah aku yang harusnya berada digarda terdepan. Pak, Bu, Mbah, maafkan aku yang masih terlalu angkuh menolak darimana sebenarnya asal-usulku. Aku ini petualang, yang ingin berpetualang melihat dunia luar. Ingin terus mengenyam pendidikan tapi keternyataan bahwa aku juga orang yang engkau butuhkan selalu berhasil membuatku ingin kembali kembali ke diri ini yang kumal hidup diantara tikus-tikus yang berkeliaran. Hari ini adalah hari yang terlampau pilu, dipukul realita bahwa aku masihlah manusia bisu dihadapanmu semua menjadi kaku berbeda ketika aku berdiri dihadapan banyak orang. Didepan murid-muridku...

25 LITER

Bagi saya mengajar adalah perihal yang tidak hanya sebatas berdiri didepan kelas, menjelaskan, kemudian selesai. Mengajar adalah perihal yang lebih daripada itu, tak hanya melibatkan kepala namun sejatinya mengajar melibatkan pula hati didalamnya. Pengajar yang belum bisa mengajar itu salah tapi yang lebih salah lagi adalah sistem yang membiarkan pengajar yang tidak bisa mengajar itu mengajar. “Tapi bukankah bisa learning by doing ?” “Dulu Bro Alfa juga awal-awal ngajar   juga pasti nggak kompeten, kan?” “There’s no one who deserves at first, Bro” Semenjak menjadi kepala divisi kelas ada satu hal yang akhirnya terjawab atas pertanyaan-pertanyaan diatas. Jauh sebelum saya memutuskan untuk mengajar tentu titik awal saya adalah belajar, kemudian saya mengambil kesempatan-kesempatan untuk mengajar dengan menjadi sukarelawan pada beberapa kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan dunia pengajaran selain itu membangun relasi dengan orang-orang yang berprofesi sebagai pengajar ada...