Sejauh apapun gue coba berlari, sekeras apapun orang lain
mencoba ngebuat gue nggak percaya diri bagi gue mimpi tetaplah mimpi. Merawat
impian adalah tentang berefleksi agar kita tidak lupa kemana dulu kita ingin
melangkah. Siang itu sekolah gue sedang ada sosialisasi tentang self development gitu maklumlah
masa-masa akhir sekolah adalah masa-masa krisis jati dirinya para siswa,
seorang narasumber dari salah satu perusahaan berbicara tentang impian, gue
masih ingat betul perkataannya bahwa di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin
selama kita mau bermimpi dan berani mewujudkannya, konsisten dan tekun maka
semesta pasti akan mendukung. Beliau mulai memotivasi kami dengan berbagai
video dan materi, diakhir sesi beliau menyuruh kami mengambil sebuah kertas dan
pena kemudian tiap-tiap siswa diharuskan melihat dirinya sendiri dimasa depan
kemudian menuliskan mimpi-mimpi kami pada kertas yang sudah kami pegang
masing-masing. Saat itu gue nulis “Keliling Indonesia” sembari mengingat
kembali nama-nama provinsi di Indonesia, gue tulis satu persatu nama-nama
provinsi di Indonesia, gue lirik kanan kiri dari hasil contekan gue
menyimpulkan kalau teman-teman gue sebagian menginginkan kuliah dikampus
ternama, jadi sarjana, bekerja di perusahaan gede, dan mendapatkan jabatan yang
mereka inginkan pada salah satu perusahaan.
I didn’t judge them because that was their dreams, setiap orang berhak
bermimpi bukan? Gue masih ingat impian sahabat gue yang waktu itu duduk
disebelah gue, nggak muluk-muluk dia hanya menuliskan kalimat sederhana
“membanggakan keluarga, membahagiakan orangtua” That was touch my deepest heart in such a good way. Ketika sahabat
gue ngeliat kertas gue responnya cukup sederhana “kebanyakan maen monopoli lo
dah keknya ni, semangat aja” hahahaha gue pun hanya bisa tertawa tanpa
terbahak. Setelah itu narasumber menyuruh kami melipat kertas itu dan
menggenggamnya erat-erat sembari menutup mata dan berdoa agar apapun
rintangannya semoga impian yang kami tulis dapat terwujud dimasa depan.
![]() |
Jaket merah nutupin ransel saat gue di Solo |
Sosialisasi itu pun berlalu kertas yang gue tulis masih gue
simpan rapi dikotak pensil gue. Ritme kehidupan ini kadang asyik nggak asyik, gue mulai terjebak rutinitas dan realitas.
Realitas bahwa gue cuma anak kampung yang selamanya akan terjebak dalam
tempurung, lingkungan pun nggak ada yang mendukung. Akhirnya gue sadar diri,
gue pesimis tapi mimpi tetaplah mimpi. Ketika kehidupan gue mulai ngerasa flat gue mulai kehilangan arah dan tujuan, gue
benar-benar ngerasa stuck in the middle of
no where menggetok diri gue sendiri
untuk kembali mengingat impian yang dulu pernah gue tulis, meskipun tulisannya
entah kemana sudah hahaha, meyakinkan diri kalau gue bisa persis seperti yang
narasumber sosialisasi itu katakan “selama kita mau bermimpi dan berani
mewujudkannya, konsisten dan tekun maka semesta pasti akan mendukung”. Gue udah
bermimpi tapi lingkungan ngebuat gue nggak berani buat ngewujudinnya dan gue
nggak tahu dari mana gue bisa konsisten darimana gue bisa tekun supaya semesta benar-benar bisa ngedukung gue. Terjebak dalam
rutinitas adalah salah satu hal paling garing yang pernah gue alami, nggak bisa
gue pungkiri bahwa hidup tanpa mimpi seperti hidup hanya sekedar hidup nggak
pernah bisa menghidupkan kehidupan itu sendiri. Mungkin ini cara Tuhan sengaja
nge-flat-in kehidupan gue supaya gue
bisa berkontemplasi memeluk mimpi-mimpi lama gue, Keliling Indonesia. Gue masih
ingat saat gue kesusahan ngerjain PR Matematika temen gue pernah bilang “lu aja
terlalu mikir berat, udah mulai aja dulu” kalimat “udah mulai aja dulu”
akhirnya ngebuat gue mulai berani browsing
ngebaca artikel tentang travelling di
Internet, dan gue beli buku-buku yang berbau perjalanan. Blog yang dulu rajin
gue baca dan cukup menginspirasi gue buat berani nyoba adalah blognya Asina
Siagian, Ashari Yudh, dan Andi Fakhrullah. Mereka adalah orang-orang yang
ngebuat gue semakin yakin kalau gue bisa. Gue mulai nabung, nggak peduli orang
bilang impian gue ini terlalu muluk atau gimana gue bakalan buktiin ke diri gue
sendiri kalau gue bisa.
Anyway, ketika gue
ngetik ni tulisan gue sedang on instagram dan ngeliat postingan Pak Jokowi yang
serial komik judulnya balada si anak desa yang bermimpi jadi presiden tapi
disuruh beresin tempat tidur hahaha dan pesan yang Beliau sampaikan adalah
perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Yaps,
that’s what I did, gue memulai mimpi-mimpi gue dengan jalan-jalan di
destinasi pariwisata sekitar, tempat-tempat ngopi, event-event budaya dan banyak hal yang emang gue inginkan sampai
akhirnya gue dipertemukan dengan orang-orang yang satu frekuensi, disana
pikiran gue jauh lebih terbuka gue banyak belajar dari mereka yang udah level
nasional bahkan internasional, cerita-cerita mereka semakin ngebuat impian gue
mendidih, menggelinjang, membabi buta hahaha Gue sepakat kalau jalan-jalan itu
bikin candu, semakin gue sering jalan semakin bergairah gue untuk mau lagi dan
lagi. Tapi satu hal yang gue selalu suka bahwa perjalanan adalah salah satu hal
yang ngebuat gue berkembang, jadi lebih open
mind, dan menerima segala bentuk perbedaan yang ada, lebih kritis melihat
realita sosial, ngebuat gue bisa membumi. Gue kasih beberapa contoh dari banyak hal yang
gue alami, Can Aydemir adalah salah satu traveler dari Turky yang sedang
keliling Asia pada waktu itu, gue masih ingat banget betapa terbata-batanya
bahasa inggris gue waktu itu ngobrol sama dia hahaha dari pertemuan itu gue
jadi paham bahwa bahasa itu penting untuk bisa mendengar banyak perspektif dan
cerita sejak saat itu gue termotivasi untuk memulai belajar bahasa inggris
secara otodidak. Ya Ampun kalau diinget awal-awal belajar bahasa inggris tu
sampe temen kosan bilang gue gila karena sering ngomong sendiri pakai bahasa
inggris hahaha meskipun sampai hari ini bahasa inggris gue masih level bertahan
hidup tapi seenggaknya better lah dibanding
saat awal-awal dulu belajar. Saat gue ke Derawan gue ketemu Pak Adi, yang
ngasih gue begitu banyak masukan dan cerita tentang perjuangan Ayahnya sebagai
seorang pelaut ngebuat gue sadar kalau selama ini gue salah memberikan judgment kalau Ayah gue nggak pernah
sayang sama gue, Yaps, I love him so much.
Saat gue ke Popoongan gue dipertemukan dengan anak-anak pulau yang begitu struggle dengan pendidikannya, semakin
memantapkan gue kalau gue harus kuliah. Masih banyak hal yang gue temui
diperjalanan, yang kesemuanya itu mengacaukan emosional gue, kadang gue marah,
sedih, seneng, ah campur aduk.
![]() |
Jaket merah saat nganter Can ke pelabuhan subuh-subuh |
Semua hal yang gue alami itu ngebuat gue semakin candu, gue
mulai mencari banyak referensi buat segera bisa melangkah lebih jauh lagi gue
mulai membeli gear-gear dari backpack,
sepatu, tenda, matras, dll puncaknya adalah 21 hari keliling seperempat
Indonesia. Mungkin lo yang udah kenal gue lama lo nge-notice jaket merah maroon yang nggak pernah gue ganti. Sebagian
dari lo pasti risih ngeliat jaket itu selalu menemani gue hahaha, gue paham.
Yaps, nggak bermaksud mengkultuskan itu jaket, atau membuat dia menjadi
istimewa, jaket itu lambang kesederhanaan gue. Dulu saat gue pengen beli jaket,
jaket itu seolah-olah nahan gue buat beli jaket baru kalau gue nggak
benar-benar butuh, dia selalu punya cara untuk menggagalkan niatan gue beli
jaket baru hahaha. Tanpa gue sadari juga jaket merah itu udah setia menemani
gue merawat mimpi-mimpi gue dan usianya juga udah janggutan, sampai warnanya
pudar dan resletingnya gue ganti wkwkwk. Jaket aja gue setia yak kan, apalagi lo
yang mau jadi masa depan gue hahaha apa sikh!
![]() |
Jaket merah di Bromo |
Waktu terus berlalu, tanpa gue sangka gue udah berhasil
memulai mimpi gue pelan-pelan. Kaki ini udah berhasil menginjak tanah di
provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jawa
Barat, Jawa Tengah, D.I.Y, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat. Yaps, 14
Provinsi dari 34 Provinsi yang dimiliki Indonesia. Sebagian gue lakuin dari
hasil tabungan pribadi gue, sebagian gue dapat dari hasil gue ikut seleksi,
ikut lomba, reward perusahaan, bantu-bantu jadi crew di salah satu travel agent, dan masih banyak lagi
cara-cara buat bisa ngewujudin mimpi gue. Dari perjalanan ala horang kayah
sampai gembel yang nggak tahu arah. Tidur di Bandara, Halte, Bus, kosan teman,
hotel, masjid. Dari naik pesawat, nebeng kendaraan orang lain, truck, bus, kereta, kapal, motor, sepeda udah gue
pernah lakuin. Mungkin lo bakal bilang gue gila tapi perlu lo tahu bahwa diluar
sana masih banyak orang-orang yang jauh lebih gila dari gue. Don’t judge the other dreams because you don’t
know how it feels Yaps, ini semua tentang mimpi gue, mimpi yang gue rawat
mimpi yang ngebuat gue jadi lebih hidup dikehidupan ini. Jadi apapun mimpi lo
seperti temen gue bilang “udah mulai aja dulu” seperti jadi mantra yang pada
akhirnya ngebuat gue mulai berani
menjemput dukungan semesta. Gue nggak ngerti apakah gue akan berhasil
menuntaskan provinsi lain yang belum berhasil gue kunjungi, tapi yang pasti gue
akan merawat mimpi-mimpi gue dan semoga semesta selalu memberikan dukungannya pada
gue.
Jaket merah di Rinjani |
Jaket merah saat nebeng bareng teman-teman yang baru gue kenal dijalan GIMANA? UDAH BOSEN LIAT JAKET MERAH GUE? WKWKWKWKWK |
Wahhh its really amazing kakak,ditunggu cerita perjalanan jaket merah selanjutnya🙌🙌
ReplyDeleteUwuuuuuw!!!
DeleteYes I Will doakan bisa jalan lebih jauh lagi bareng jaket merah biar bisa nulis cerita-cerita lainnya :)
Good story kak Al, ditunggu cerita selanjutnya;)
ReplyDeleteAsiquee nggih, semoga diijinkan mendapat pengalaman yang lebih dari ini supaya bisa menulis cerita-cerita selanjutnya :)
Delete